BLIMBING WULUH (Averhoa bilimbi) SEBAGAI
PENGAWET ALAMI
A. Deskripsi
Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak
begitu besar, mempunyai garis tengah sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah,
kadang tumbuh liar di dataran rendah sampai 500 m – dpl. Pohon yang berasal
dari Amerika Tropis ini menghendaki tempat tumbuh yang tidak ternaungi namun
cukup lembab. Blimbing wuluh mempunyi batang kasar berbenjol-benjol,
percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus
seperti bludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil
dengan 21 – 45 pasang anak daun yang bertangkai pendek, bentuknya bulat telur
sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2 – 10 cm,
lebar 1 – 3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda (Arisandi. 2008).
Menurut Steenis (2006), tinggi tanaman ini yaitu antara 5 –
12 m. Tanda bekas daun bentuk tonjolan. Anak daun bentuk bulat telur memanjang,
meruncing, 1,5 – 9 kali 1 – 4,5 cm, ke arah ujung proses semakin besar, bawah
hijau biru. Malai bunga kebanyakan terkumpul rapat, panjangnya 1,5 – 7,5 cm.
bunga sebagian dengan benang sari pendek dan tangkai lk 4 mm. dan mahkota di
tengah bergandengan, bulat telur terbalik memanjang, dengan pangkal dan tepi
pucat. 5 Benang sari yang di depan daun mahkota mereduksi menjadi staminodia.
Buah buni bulat memanjang, dengan 5 rusuk yang tajam, kuning muda, panjang 4 –
13 cm. ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang menjadi liar.
Tinggi 5 – 10 cm. tanda bekas daun bentuk ginjal atau
jantung. Anak daun bulat telur atau memanjang, meruncing, 2 – 10 kali 1- 3 cm,
ke arah ujung poros lebih besar, bawah hijau muda. Malai bunga menggantung,
panjang 5 – 20 cm. Bunga semuanya dengan panjang tangkai putik yang sama.
Kelopak panjang lk 6 mm. daun mahkota tidak atau hampir bergandengan, bentuk
spatel atau lanset, dengan pangkal yang pucat. 5 Benang sari di depan daun
mahkota mereduksi menjadi staminodia. Buah buni persegi membulat tumpul, kuning
hijau, panjang 4 – 6,5 cm. Tanah asal tidak dikenal. Ditanam sebagai pohon
buah, kadang-kadang menjadi liar. Belimbing, Ind, J, S, Md, Calingcing,
S. Averhoa bilimbi L.
Perbungaan tanaman ini berupa malai, berkelompok, keluar
dari batang atau percabangan yang besar. Bunga kecil-kecil berbentuk bintang
warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong persegi,
panjang 4 – 6,5 cm, warnanya hijau kekuningan. Bila masak berair banyak,
rasanya asam. Biji bentuknya bulat telu, gepeng (Arisandi. 2008).
B.
Sistematika Takson ( Cakmus, 2012):
Kingdom Plantae (tumbuhan)
Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio Magnoliophyta (berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas Rosidae
Ordo Geraniales
Familia Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus Averrhoa
Spesies Averrhoa bilimbi L .
Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio Magnoliophyta (berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub-kelas Rosidae
Ordo Geraniales
Familia Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Genus Averrhoa
Spesies Averrhoa bilimbi L .
C.
Manfaat
Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit
atau nyeri dan pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah, bunganya
juga dapat digunakan sebagai obat batuk dan perasan air buah sangat baik untuk
asupan vitamin C dan di samping itu perasan buah juga dapat dipakai untuk
keramas sebagai penghilang antiketombe, atau digosokkan sebagai penghilang panu
(Arland, 2006). Rasa asam dan sejuk pada buah belimbing wuluh dapat
menghilangkan sakit, memperbanyak pengeluaran empedu, antiradang, peluruh
kencing (Wijayakusuma, 2006).
Tanaman belimbing wuluh, baik pada batang, buah dan daun,
berdasarkan hasil pengujian secara in vitro pada bakteri Escherichia coli (E.
coli), Staphylococcus aureus (S. aureus), Micrococcus luteus (M. luteus) dan
Pseudomonas fluorescens (P. fluorescens) menunjukkan potensi yang aktif sebagai
antibakteri. Senyawa aktif yang diduga yang terdapat pada tanaman belimbing
wuluh yang bersifat sebagai antibakteri antara lain, senyawa-senyawa metabolit
skunder tannin, flavonoid, alkaloid, tannin, terpenoid, saponin.
Tanaman belimbing wuluh ini baik daun, buah bahkan batangnya
mempunyai manfaat dan khasia, batang belimbing wuluh (Faradisa, 2008) dan buah
belimbing wuluh (Latifah, 2008), daun belimbing wuluh (Ummah, 2010 dan
Mukhlisoh, 2010) secara laboratories mempunyai potensi sebagai antimikroba.
1.Batang
Senyawa saponin yang terdapat dalam
batang Belimbing Wuluh di duga mempunyai potensi sebagai antimikroba. Pada
penelitian ini ekstraksi dengan metode ekstraksi bertahap dilakukan sebanyak
dua kali. Kadar ekstrak kasar saponin yang diperoleh 0,35 % b/b. Ekstrak
saponin dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada konsentrasi 200
mg/mL dan terus meningkat sampai pada konsentrasi 800 mg/mL. Akan tetapi
efektivitas ekstrak saponin hasil isolasi sebagai antimikroba terhadap S.
aureus memberikan zona hambat yang lebih kecil dibandingkan zona hambat
antibiotik standar (pinisilin), jadi treatmen ekstrak kasar saponin pada
penelitian ini termasuk dalam kategori resisten dalam menghambat pertumbuhan
bakteri s. aureus. Zona hambatan terhadap E. coli ditunjukkan pada konsentrasi
300 mg/mL.Pada konsentrasi 300 mg/mL dan terus mengalami peningkatan zona
hambat sampai konsentrasi 1000 mg/mL.Akan tetapi efektivitas ekstrak saponin hasil
isolasi memberikan zona hambat yang lebih kecil dibandingkan zona hambat
antibiotik standar (streptomycin), jadi treatmen ektrak kasar saponin pada
penelitian ini termasuk dalam kategori resisten dalam menghambat pertumbuhan
bakteri E. coli (Faradisa, 2008).
2.
Daun
Hasil uji aktifitas antibakteri daun belimbing wuluh dengan pelarut aseton :air (7:3) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 mg/ml sampai 400 mg/ml senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri untuk kedua bakteri uji, berdasarkan uji BNT 1 % untuk bakteri S.aureus diketahui konsentrasi ekstrak 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain sedangkan untuk E. coli diketahui konsentrasi ekstrak 100, 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) (Hayati dkk, 2009).
Hasil uji aktifitas antibakteri daun belimbing wuluh dengan pelarut aseton :air (7:3) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50 mg/ml sampai 400 mg/ml senyawa tanin memiliki aktivitas antibakteri untuk kedua bakteri uji, berdasarkan uji BNT 1 % untuk bakteri S.aureus diketahui konsentrasi ekstrak 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain sedangkan untuk E. coli diketahui konsentrasi ekstrak 100, 150, 250, 300, 350, dan 400 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) (Hayati dkk, 2009).
Penelitian (Jannah dkk, 2010)
menyebutkan bahwa, ekstrak aquades daun Belimbing Wuluh yang di ujikan secara
invitro pada bakteri yang menyebabkan kebusukan pada ikan yaitu M. luteusdan P.
Flurescens mempunyai potensi sebagai antibakteri. Uji aktivitas bakteri M.
luteus diketahui zona hambat pada 0,1-0,8 mg/mL menunjukkan respon
hambat,sedangkan konsentrasi 1 mg/mL menunjukkan respon bunuh terhadap
pertumbuhan bakteri. Pada bakteri M. luteus diketahui respon hambat sedang,
pada 0,1; 0,2; 0,4 mg/mL sedangkan konsentrasi 0,6 dan 0,8 mg/mL menunjukkan
respon hambat pertumbuhan kuat. Pada bakteri P. fluorescens hanya memberikan
respon hambat. Zona hambat pada 0,1; 0,2 mg/mL menunjukkan respon hambat
pertumbuhan sedang. Pada 0,4 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan kuat.
Pada 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/mL menunjukkan respon hambat pertumbuhan sangat kuat.
Senyawa aktif yang memberikan sifat antibakteri tersebut adalah senyawa tannin,
karena tannin adalah senyawa polar dan dimungkinkan larut dalam pelarut air.
3.
Buah
Ekstrak etanol dari buah belimbing wuluh, menunjukkan uji positif pada pengujian flavonoid dan terpenoid. Senyawa flavonoid dan terpenoid diduga bersifat aktif sebagai antimikroba.Ekstrak kasar buah belimbing wuluh masih bersifat efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, namun ekstrak etanol memberikan zona hambat yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat antibiotik standar pinnisilin.diketahui konsentrasi ekstrak 300, 350, 400 dan 450 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain (Latifah 2008).
Ekstrak etanol dari buah belimbing wuluh, menunjukkan uji positif pada pengujian flavonoid dan terpenoid. Senyawa flavonoid dan terpenoid diduga bersifat aktif sebagai antimikroba.Ekstrak kasar buah belimbing wuluh masih bersifat efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. coli, namun ekstrak etanol memberikan zona hambat yang lebih kecil jika dibandingkan dengan zona hambat antibiotik standar pinnisilin.diketahui konsentrasi ekstrak 300, 350, 400 dan 450 mg/mL berpengaruh sangat nyata (p < 0,01) di antara konsentrasi lain (Latifah 2008).